Gairah Tante Risma
Tante Risma yang usianya 35 tahun, tanteku ini katanya mempunyai
gairah yang tinggi bisa dikatakan puber keduanya, tante
Risma mempunyai body yang yahud dan montok, waktu itu aku masih tidur
dan masih ngantuk tapi jam beker berdering kencang di mejaku. Waduh
dengan nada malas "telat nih" lalu aku bergegas bangun menuju kamar
mandi. Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku.
Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Risma, karena suaminya sering
ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Risma mempunyai dua anak
perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang
langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Oh ya, tanteku ini orangnya
cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Risma. Tinggi badan
168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang,
aku sering main ke rumahnya.
Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3,
tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante, aku
merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang
suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah.
Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Risma di kamarnya
ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari. Hari Senin
pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Risma. Setelah perjalanan 15
menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih
belum berangkat sekolah, begitu juga tante Risma belum berangkat kerja.
"Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
"Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku.
"Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
"Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih.
Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh aku.
"Ok Tante" jawabku singkat.
"Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil masuk ke mobil.
Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta
diantar.
"Daaah Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya."
Lalu Dini menghilang
dibalik pagar sekolahan. Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Ku pacu mobil ke rumah tante Risma. Setelah parkir mobil aku langsung
menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya.
Tante Risma masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu
hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar
gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh
piring di dapur.
Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang
memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku
berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus
dan putih tante Risma tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat
agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.
Ternyata tante Risma sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut
digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus
payudaranya bergantian kiri dan kanan. Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh". Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang,
sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina.
Rupanya tante Risma ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan
mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan
menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi
tidak bisa. Tubuh molek tante Risma, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Risma berhubungan badan denganku.
"Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo
kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho."
Tiba-tiba suara tante Risma mengagetkan aku.
"Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Risma sambil masuk kamar.
Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu
cuma sekedar guyonan. Setelah tante Risma berangkat kerja, aku sendirian
di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku
dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
"Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Risma sudah
berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
"Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil
dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang
90%.
"Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan
alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang."
Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
"Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante,
dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante
jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P
mu"
Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
"Sudahlah tante, gak apa-apa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya.
"Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah.
"Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.
Tante diam saja dan suasana jadi
hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka
lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai
rambutnya.
Di ikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang
tubuh tante yang topless sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di
tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.
"Aku tahu kamu sudah lama ingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
"Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya." Aku semakin salah tingkah.
"Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan.
"Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman ingin pegang ini..!" Sambil
aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas
tubuhku.
Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.
"Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Risma merengek perlahan.
"Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba
kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya. Rok yang menjadi
penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang
menutupi gundukan lembab.
Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Risma.
Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin
lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap
bagian tubuh.
Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di
tonjolan yang keras. “Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari
punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah
dilihatnya.
"Ya sudah dibuka saja tante." pintaku.
Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante
terbelalak dan tersenyum.
"Wah, rupanya kamu punya Mr. P lain yang
lebih gedhe."
Gila tante Risma ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena
terhalang CD. Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai
akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktivitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku,
dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas
dan menunjukkan ukuran sebenarnya.
"Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
"Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
"Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding" sambil tersenyum dia ngoceh lagi.
Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm
dengan diameter 4 cm.
"Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante
boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini
secepatnya.
"Hmm, iya deh."
Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P. Ada sensasi enak
dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai
pangkal Mr. P "Ahh.. enak tante, terusin hh." aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Risma sampai sejajar dengan kepalaku, kami
berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama
tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante
Risma.
Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil
melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan
duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup
rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
"Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
"Ok tante" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
"Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
"Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak
teratur.
Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Risma.
"Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar." tante mengerang dengan keras.
"Ahhhhh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
"Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante
nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?" dengan manja tante memeluk
tubuhku.
"Ehh, gimana ya tante.." aku ngomong sambil melirik ke Mr. P ku
sendiri.
"Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau Mr. P ku
masih berdiri tegak dan belum puas.
Di pegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu
dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit
tante berhenti mengocok.
"Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga
ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari
Mr. P ku.
Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke
lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Risma, lalu turun dari tempat
tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian
kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku
benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot.
Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan
menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante
melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan
pelan. Perlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak
karuan.
"Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P" aku memberi peringatan ke tante.
"Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon
agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.
Dengan pelan aku dorong Mr. P ke
arah dalam vagina tante Risma, ujung kepalaku mulai dijepit bibir
vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah
tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktivitasku ini untuk menikmati
momen yang sangat enak.
"Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara
sambil merasa keenakan.
"Ahh.. shh mm, tante, ini cara Firman agar tante juga merasa enak" Aku
membalas omongan tante.
Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua
sisa Mr. P ke dalam vagina tante. "Ahh.." kami berdua melenguh. Ku biarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak
tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan
pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan
ke depan.
Vagina tante Risma ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir
vaginanya ikut tertarik. "Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku
dengan paha tante Risma semakin menambah rangsangan. Sepuluh menit lebih
kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras
"Ahh.. Fir tante nyampai lagi"
Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini
tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua
payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang
berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Risma, kami melanjutkan aksi. Lima belas
menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.
"Tante,
aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante.
"Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya
digerakkan naik turun.
Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya
akhirnya pertahananku mulai bobol.
"Arghh.. tante aku nyampai".
"Aku juga Fir.. ahh" tante juga meracau.
Aku terus semprotkan cairan
hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku
bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.
"Fir, kamu hebat." puji tante Risma.
"Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku balas memujinya.
"Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante.
"Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya.
"Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya
seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu
kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
Itulah pengalamanku dengan tante Risma.
Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak
itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante.
Rupanya tante Risma menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.