Istri Sahabatku
Di sinilah awal cerita Dewi yang sedang meletakkan bayinya di atas ranjang, karena wajah lelahnya dia rebahan di atas sofa ruang tamu, suaminya Dewi yang bernama Yadi berbicara katanya nanti ada sahabatku yang mau datang kesini dan rencanya dia mau menginap. Jadi pekerjaan Dewi selain menjaga bayi dia harus mempersiapkan kamar untuk sahabat suaminya bernama Jepri.
Jepri adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab
dengan mereka. Dewi sudah cukup mengenal Jepri, lebih dari cukup untuk
menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya.
Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam
hatinya yang sudah terikat janji dengan Yadi waktu itu. Dan perasaan itu
tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Dewi akhirnya
menikah dengan Yadi dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi
kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai
seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan
kesetiaannya pada sang suami.
Tapi di sisi lain Dewi tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh
di hatinya terhadap Jepri hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur
sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu
membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang
tinggi tegap membuatnya sangat menawan.
Dewi seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu
berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli
tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih
besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda.
Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya
batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya
tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah
menunjukkannya.
Ah... seandainya saja dia mengenal Jepri jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya! Dewi pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya.
Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh
dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak
kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat
melepas kancing celananya lalu menurunkan resletingnya.
Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih,
melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging
hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh
kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi
yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa waktu. Yadi pulang 2 jam lagi, dan Jepri juga
datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa
mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk
memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya
mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar
dalam dadanya.
Dewi menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu
dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga,
lalu dia kembali rebahan di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang,
kakinya terbuka.
Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke
pangkal pahanya, membuat dirinya merasa senyaman yang dia inginkan. Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan
Jepri sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Dewi tak pernah
berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Yadi saja
belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang
ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
"Ups! Maaf!" terdengar sebuah suara.
Matanya langsung terbuka, dan dia
tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan.
Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari
10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga
tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jepri, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.
"Maafkan aku Dewi" kata Jepri, "Nggak ada yang menjawab ketukanku dan
pintunya terbuka." dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi
dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia
memasuki ruangan ini membakar pikirannya.
Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa
itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut
dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi
bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.
"Nggak apa-apa," jawab Dewi dari ruang keluarga, "Kamu boleh masuk sekarang." dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan
dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak
tangannya.
"Aku sangat malu." katanya kemudian.
"Ah, kita semua pernah melakukannya, Dewi!" jawab Jepri.
Dia berdiri tepat di samping Dewi.
"Tetap saja memalukan!" katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya.
Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme
tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan
menggelembung pada bagian depan celana Jepri. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini
memergokinya. Sekarang Jepri menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari
cukup.
"Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah
apa yang sudah aku lihat tadi!" katanya tenang.
Dewi menatapnya penuh
dengan tanda tanya.
"Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu," dia
menjelaskan, "Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya." kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat
Dewi semakin basah.
Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini tertarik akan
perkataannya tersebut dan Jepri memutuskan untuk lebih menekannya lagi.
"Lihat akibatnya padaku!" katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan
pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan wajar, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jepri melihat noda basahnya di atas permukaan sofa
itu dan mata Dewi yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Jepri
memutuskan akan melanggar batas tersebut.
Dewi hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing
dan menurunkan resleting celananya. Dewi tak bisa mengingkari bahwa
dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat
untuk mencegah pria ini.
Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam
celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah. Jepri
mengeluarkan penis kedua dalam hidup Dewi yang dilihatnya secara nyata,
disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama
suaminya dulu.
Nafas Dewi tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia
belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan
milik suaminya. Tapi ternyata perbedaan itulah yang
semakin membakar nafsunya semakin lapar.
"Suka apa yang kamu lihat?" tanyanya pelan.
Dewi mengangguk,
memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jepri sebelum melihat
kembali pada penisnya yang keras. Jepri mengumpat betapa beruntungnya
sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata. "Sentuhlah!"
Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Dewi pelan-pelan menyentuh
dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini
dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain
milik suaminya, dalam enam tahun belakangan.
Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia
inginkan lebih lagi. Jepri melihat penisnya dalam genggaman tangan istri
sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Dewi pelan-pelan
mulai mengocokkan tangannya.
Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Dewi tak
dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar
itu. Jepri bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya
beberapa inchi saja dari wajah Dewi.
Jepri menyentuh tubuh Dewi, tangannya meremas pahanya yang masih
terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Dewi membuka kakinya sendiri
melebar untuknya, dan tangan Jepri bergerak semakin dalam ke celah paha
Dewi.
Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jepri mulai
mengelusi dari luar celana jeansnya, Dewi menggelinjang dan meremas
penisnya semakin kencang. Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Dewi dan
mendorongnya semakin mendekat. Dewi tak berusaha berontak. Matanya masih
terpaku pada penis Jepri, dia menunduk ke depan dan dengan lembut
mencium ujung kepalanya.
Lidahnya terjulur keluar dan Dewi kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut. Sekarang giliran Jepri, tangannya bergerak melucuti pakaian Dewi. Dewi
yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak
menghiraukan apa yang dilakukan Jepri. Di ciumnya kepala penis Jepri,
menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar
referensi yang dimilikinya).
Tangan Jepri menyelinap dalam celana dalam Dewi, tangannya meluncur
melewati rambut kemaluannya. Dewi melenguh pelan saat tangan Jepri
menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan
barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari
kepala penis dalam mulutnya.
Jepri mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia
menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Dewi,
bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.
Jepri menjalankan jarinya pada kelentit Dewi, menggoda tombol kecilnya,
mulut Dewi tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jepri.
Dorongan gairah yang hebat membuat Dewi semakin bernafsu mengulum naik
turun batang penis Jepri. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar
merespon tarian jari Jepri pada kelentit sensitifnya.
Jari Jepri mengeksplorasi lubang hangatnya Dewi, membuat lenguhannya
semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau
melepaskan mulutnya dari batang penis Jepri. Dewi tak lagi memikirkan
apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya.
Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan
membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya
meledak begitu saja. Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya
dan Jepri sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik
dengan kemaluan pasangannya. Dan Dewi menginginkan lebih dari ini.
Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.
Dewi menelan seluruh batang penis Jepri, menahannya di dalam mulutnya
untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh
rambut kemaluan Jepri, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit
tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.
Jepri mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Dewi yang
membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya
tepian celana jeans Dewi dan dengan cepat Dewi mengangkat sedikit
pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang
penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan
celananya dari kakinya yang halus.
Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jepri menarik
celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati
kakinya dan Dewi menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu
Jepri menelanjangi tubuh bawahnya. Jepri sekarang berlutut di lantai dan
menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Dewi.
Dia menyentuh vagina Dewi dengan tangan kirinya, menjalankan jari
tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang
penisnya sendiri. Dewi mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia
sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jepri mengoleskan
kepala penisnya pada pipi dan hidung Dewi. Saat sampai di mulutnya, Dewi
membuka mulutnya segera dan Jepri langsung mendorong penisnya masuk.
Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Dewi membuka matanya
perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang
penisnya. Jepri semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Dewi, membuat Dewi
memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah!
Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk
saat ibu jarinya mengerjai kelentit Dewi.
Kini, celana jeans dan celana dalam Jepri sudah jatuh merosot di atas
lantai, Jepri menarik penisnya keluar dari mulut Dewi dan langsung
menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Dewi,
mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya
ini lebih terekspose ke atas. Dewi meraih penisnya dan segera
memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jepri mendekatkan kepalanya
pada daging nikmat Dewi.
Masih tetap menahan pantat Dewi ke atas, mulutnya mencium bibir vagina
Dewi, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut
Dewi langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang
diberikan Jepri sebelum kembali meneruskan pekerjaan mulutnya. Lidah Jepri melata pada dinding bagian dalam dari vagina Dewi,
menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.
Dewi merasa bibir Jepri menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya
bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas
dari mulutnya akibat perlakuan Jepri kali ini. Batang penisnya terlepas
keluar dari cengkeraman mulut Dewi. Jepri semakin menaikkan pantat Dewi,
menekan vagina Dewi pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak
menggila.
Jantung Dewi serasa mau meledak, nafasnya terasa berat... sangat dekat... Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di
wajah Jepri dengan liar. Dewi merasa jiwanya melayang entah kemana!
Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan
dalam hidupnya!
Akhirnya, Dewi kembali ke bumi. Jepri melepaskan pantatnya, mengangkat
kepalanya dari selangkangan Dewi. Batang penisnya terasa sangat keras,
dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Dewi pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun
dia menginginkannya. Jepri naik ke atas sofa, menempatkan dirinya
diantara paha Dewi, yang tetap Dewi biarkan terbentang lebar hanya
untuknya.
Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik
Jepri adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan
cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jepri menyentuh bibir
vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Dengan perlahan Jepri memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Dewi.
Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya,
menikmati gigitan bibir vagina Dewi pada batang penisnya dan tiba-tiba
dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan.
Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Dewi dapat
merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini.
Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya. Jepri mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Dewi.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jepri menahan penisnya
sejenak di dalam vagina Dewi, meresapi sensasinya. Manahan berat
tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri
sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina
Dewi dengan gerakan lambat.
Dewi pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jepri
keluar masuk dalam tubuhnya. Jepri melihat batang penisnya menghilang
lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Dewi lagi dan lagi,
dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jepri bergerak semakin cepat, Dewi menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.
Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jepri yang mengayun
keluar masuk. Tubuh Jepri menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat
dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Dewi, dan
menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar
mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.
Lengan Dewi melingkari tubuh Jepri, kukunya tertancap pada punggung
Jepri saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jepri. Mulut Dewi
menyusuri leher Jepri, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu,
mereka berciuman untuk pertama kalinya.
Lidah Dewi merangsak masuk ke dalam mulut Jepri mengiringi batang
penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling
melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di
ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jepri yang
bertambah liar.
Dewi dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan
ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya
mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis
keras Jepri semakin melebarkan vaginanya dan Jepri memasukinya bertambah
dalam.
Seorang pria baru! Dewi tak pernah melakukannya dengan pria lain selain
Yadi sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat!
Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Dewi mencoba menahan
erangannya dengan menggigit bibir bawahnya.
Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria
baru ini dengan kuat, dan Dewi menghentakkan pinggulnya keatas
berlawanan dengan gerakan Jepri di atas tubuhnya, berusaha agar batang
penis Jepri tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme
mengambil alih kesadarannya.
Jepri memandangi Dewi saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok
penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita
pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan
miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Dewi mereda, orgasme Jepri datang.
Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina
Dewi. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan
yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Dewi seakan
tanpa jeda.
Dewi menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari
penis Jepri. Jepri tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh
menindih tubuh Dewi di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah. Tangan Dewi membelai punggung Jepri saat sperma terakhirnya keluar dari
penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur
nafas.
Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya
menggelitik rongga mulut Dewi dan ciuman mereka berubah menjadi liar
saat penis Jepri mulai mengecil dalam vagina Dewi. Tangan dan paha Dewi
mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang
bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan
ciumannya. Jepri mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina
Dewi.
Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata.
Dewi terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jepri tak tahu harus
berkata apa. Yadi pulang 30 menit kemudian, dia pulang lebih awal, tapi tak
lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Dewi
tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jepri sepanjang waktu
itu.
Yadi dan Jepri kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu
dimengerti oleh Dewi. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja
makan bersama Dewi. Para pria sedang bermain catur. Dewi menghabiskan
sepanjang harinya mengasuh bayi mereka.
Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya
memikirkan pengalamannya bersama Jepri kemarin. Dia merasa gairahnya
menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk
memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.
Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jepri malam itu, dia sangat
bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jepri, ada desiran
halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan
dia merasa ketagihan!
Jepri tak jauh beda. Dia bermasturbasi membayangkan istri sahabatnya ini
kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi
benaknya sepanjang hari. Saat Yadi pergi ke kamar mandi, Jepri beringsut
mendekati Dewi.
"Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?" tanyanya berbisik.
"Ya." Dewi tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jepri terbakar.
"Apa kamu menginginkannya sekarang?" dia bertanya memastikan.
Penisnya
sudak mengeras sekarang. Dewi terkejut dengan pertanyaannya yang sangat
berani itu, malu-malu, lalu mengangguk. Jepri memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Dewi semakin
menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka
lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya,
tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya.
Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Dewi tercekat
di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang
penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi
sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jepri segara memasukkan
penisnya kembali ke dalam celananya. Yadi masuk ke dalam ruangan, tak
mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada
istrinya.
Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada
mereka, Yadi lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas
ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jepri. Begitu Yadi menghilang dari pandangan keduanya, Jepri langsung bangkit
dari kursinya. Mata Dewi berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jepri
saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan resletingnya, dan mengeluarkan batang penisnya.
Dengan cekatan Jepri mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat
dekat di wajah Dewi. Jepri berdiri di depan Dewi, dan Dewi langsung
berlutut di hadapan sahabat suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke
mulutnya. Saat Jepri merasa bibir lembut Dewi menyentuh ujung kepala
penisnya, dia merasa mulut itu membuka. Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Dewi, dan Jepri
melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya.
Tangannya membelai rambut panjang Dewi dengan lembut, menahan kepalanya
saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Dewi. Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.
Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jepri
mengeluarkan penisnya dari mulut Dewi dengan cepat. Agak kesulitan dia
memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di
kursinya, menutupi perbuatan mereka. Yadi duduk dan memberi Dewi ciuman
kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang
penis yang lain dalam mulutnya. Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin.
Bayi mereka menangis di lantai atas, Yadi berinisiatif untuk pergi
melihatnya. Dewi lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat
menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun
mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.
Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Yadi yang menaiki tangga, dan
Dewi langsung berdiri. Dia tak pernah seagresif ini! Tapi
kehausannya akan penis itu mampu merubah tabiatnya.
Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di
antara paha Jepri, dan Jepri segera membukanya untuknya.
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya,
dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Dewi meraih ke dalam celana
dalam Jepri dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang
kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis
Jepri hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya
dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok
suaminya. Jepri mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas,
memastikan Yadi tidak turun ke bawah.
Jepri menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat,
kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat
itu keluar dari mulutnya, mata Dewi terpejam menikmati. Dia ternyata
begitu pintar memberikan blow job! Jepri sangat ingin menyetubuhi wanita
ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Dewi, batang
penisnya keluar dari mulutnya. Jepri berdiri, penisnya mengacung tegang,
dan Dewi berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama.
Jepri menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan
lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jepri memutar
tubuh Dewi membelakanginya. Dewi merasakan tangan Jepri berada pada
vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.
"Jangan..." desahan lirih keluar dari mulutnya.
Dia tak tahu kenapa kata
itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata-katanya. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan
pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih.
Jepri merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat
pantat Dewi terpampang bebas di hadapannya. Jepri masih dapat mendengar
suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat,
dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk
se detik saja!
Nafas keduanya memburu, dan Dewi sedikit menundukkan tubuhnya ke depan,
tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jepri jauh
lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya.
Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk
lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi
untuk Dewi. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi
hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh
bibir vaginanya. Dewi sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan
api gairah Jepri. Saat bibir vagina Dewi sedikit mencengkeram ujung
kepala penisnya, Jepri tahu jalan masuknya sudah tepat.
Dia mendorong ke depan. Dewi menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat. Dewi mendesah, merasa Jepri memasukinya. Jepri mencengkeram pantat Dewi
dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah
seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya.
Jepri mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh
sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di
surga bagi mereka berdua. Jepri berada di dalam vaginanya hanya beberapa
detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah
yang membakar.
Tiba-tiba Jepri mendengar gerakan dari lantai atas. Dewi tak
menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jepri
mengeluarkan penisnya dari vagina Dewi. Sebenarnya Dewi ingin teriak
melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang
mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana
dalamnya sekaligus ke atas. Saat Yadi datang, mereka berdua sudah duduk
kembali di kursinya masing-masing.
Jepri dan Dewi menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang
tergantung. Saat malam itu berakhir, Jepri segera bergegas pergi ke
kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit
saja baginya bermasturbasi dan legalah.
Tapi bagi Dewi, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai
yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jepri, dan dia tak punya
kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Yadi tak mencoba untuk
bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan
resah. Dewi memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak
mampu membendungnya lagi.
Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur
lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya
memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk
menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jepri, menyelinap masuk, dan
menutup perlahan pintu di belakangnya. Jepri sudah tertidur beberapa
menit yang lalu. Dewi berdiri di samping tempat tidur, memandang pria
yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak
seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah
berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.
Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jepri, Jepri tergolek tidur di
atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Dewi mencengkeram bagian
pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya,
membebaskan penis Jepri yang masih lemas. Dengan memandangnya Dewi
merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jepri tak
terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana
cara membangunkannya.
Dewi duduk di samping Jepri, dengan perlahan membuka kaki Jepri ke
samping. Tangan mungilnya meraih penis Jepri yang masih lemas menuju ke
mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha
Jepri. Jepri setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam
mulut Dewi, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga.
Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang
terjadi istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Dewi
saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Dewi. Merasakan
penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Dewi
basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap
dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang
professional.
Jepri dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Dewi saat menghisap
penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Dewi yang diterangi
cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Dewi sedang
memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum
tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Dewi tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia
sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya
seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jepri dari dalam mulutnya, dan
berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu
jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya.
Di angkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari
kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas
kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya
sesak, menyadari apa yang menantinya.
Diarahkannya batang penis Jepri ke atas dengan tangannya yang kecil dan
bergerak ke atas Jepri, memposisikan vaginanya di atasnya. Jepri dapat
merasakan bibir vagina Dewi yang basah menyentuh ujung kepala penisnya
saat Dewi mulai menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jepri
menyelinap masuk. Dewi mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh
kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Dewi semakin menekan ke bawah,
membuat keseluruhan batang penis Jepri akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Dewi semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jepri
benar-benar membukanya lebar! Dewi semakin menekan pinggulnya ke bawah
dan dia mulai menciumi leher Jepri, berusaha menahan Jepri di dalam
tubuhnya.
Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Dewi
menerobos masuk ke dalam mulut Jepri, menjalar di dalam rongga mulutnya
saat dia tetap menahan batang penis Jepri agar berada di dalam
vaginanya.
Jepri membalas lilitan lidah Dewi, tangannya bergerak masuk ke balik
kaos yang dipakai Dewi, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya
tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Dewi. Tangannya mengangkat
pantat Dewi ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya Dewi tetap tak membiarkan batang penis Jepri terangkat terlalu jauh dari
vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan Yadi yang masih terlelap tidur di kamarnya,
mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Jepri
naik ke punggung Dewi, menarik kaos yang dipakai Dewi bersamanya.
Ciuman mereka merenggang, Dewi mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat
ke atas saat Jepri melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya
terbebas. Jepri melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan
cahaya, Jepri masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak
begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia
menggoyangkannya dihadapan Jepri, menggodanya.
Jepri mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Dewi
saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Dewi menggelinjang
kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum
mencium yang satunya lagi.
Pada waktu yang bersamaan Jepri mengangkat pantatnya, masih berusaha
agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan
pelan. Tangannya meremas payudara Dewi yang bebas, sedangkan mulutnya
terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.
Dewi memandang Jepri yang merangsang payudaranya, tangannya membelai
rambut Jepri dengan lembut. Dewi merasa penis Jepri bergerak keluar
sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia
merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai
menggoyang, mengimbangi kocokan Jepri yang mulai bertambah cepat.
Jepri melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Dewi dan rebah
kembali ke atas kasur. Dewi mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas
hingga batang penis Jepri nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum
menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi.
Tangan Jepri kembali pada pantat Dewi, meremasnya sambil memandangi
wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan
tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar
keluar dari mulut Dewi.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam
tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jepri menggerakkan tubuh Dewi
naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling
bertemu. Nafas Dewi semakin berat, Penis Jepri menyentak dalam tubuhnya
berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Dewi mempercepat kocokannya
pada penis Jepri, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang
mendesak keluar. Dewi tak mampu membendungnya lebih lama lagi,
pandangannya mulai menjadi gelap.
Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi,
seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya.
Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.
Melihat pemandangan itu gairah Jepri semakin memuncak, dia tak memberi
kesempatan pada Dewi untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya
tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke
atas tubuh Dewi dan Dewi membuka pahanya melebar menyambutnya secara
refleks.
Jepri memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Dewi. Dengan
pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya.
Dewi mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya.
Jepri menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya. Jepri memberinya
satu dorngan yang kuat. Dewi memekik, ombak kenikmatan menggulungnya
saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jepri mulai menyetubuhinya
tanpa ampun, Dewi telah sangat membakar gairahnya. Jepri mengocokkan
penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah
tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Dewi terayun-ayun di atas pantatnya
yang menghentak.
Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jepri. Dewi menggigit
bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras. Jepri mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Dewi
sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang
sangat basah.
Jepri mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman
tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar
dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Dewi, beberapa darinya
bahkan sampai di payudaranya.
Dewi menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi
tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jepri, dan mendarat di atas
perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar
gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari
seorang pria lain.
Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jepri, menetes ke atas
rambut kemaluan Dewi yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang
lebar. Dengan mata yang terpejam, Dewi tersenyum puas.
"Aku membutuhkannya" bisiknya.
Mereka terdiam beberapa saat meredakan
nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah
mereka. Jepri mencium dengan lembut bibir Dewi yang tersenyum. Dewi memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan,
melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
Jepri bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap
benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan
perlahan mulai mengocoknya. Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi.
Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas
memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat,
turun ke lantai bawah.
Dia berharap yang sedang mandi adalah Yadi dan Dewi ada di lantai bawah.
Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke
sana dan ternyata. Dewi masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos
besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia
menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat
mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat
memandang Jepri.
Dewi terkejut saat tangan Jepri melingkar di pinggangnya memeluknya erat
dan mencium bibirnya. Lalu Dewi sadar ada seseorang yang sedang mandi
di lantai atas dan Yadi lah yang sedang berada di kamar mandi itu.
Bibirnya membalas lumatan Jepri dengan menggebu saat tangan Jepri
menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.
Dewi melenguh di dalam mulut Jepri yang memeluknya merapat ke tubuhnya.
Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya,
membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jepri,
tangan Dewi melingkari leher Jepri.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan
Jepri mendorong tubuh Dewi merapat ke dinding. Tangannya meremas
bongkahan pantat Dewi di balik kaosnya. Dan Dewi sangat merasakan
tonjolan pada bagian depan celana jeans Jepri yang menekan perutnya.
Ciuman Dewi turun ke leher Jepri, lidahnya melata menuju putting Jepri.
Dewi membiarkan Jepri mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya
dengan pasif saat Jepri menyingkap kaosnya hingga dadanya. Dewi
mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana
dalam putihnya.
Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi
berikutnya. Jepri berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang
kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan diciumnya vagina Dewi yang masih tertutupi kain itu, Dewi
mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Dewi
merasa gembira saat Yadi berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jepri hanya
menatapnya saat tangan Dewi menarik celana dalamnya sendiri ke samping,
memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang
kemerahan.
Dewi menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak
berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya.
Jepri menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya.
Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia
mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Jepri mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Dewi sampai ke
bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia
menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya,
mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Dewi.
Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan
lidahnya naik turun di sana, membuat Dewi semakin basah. Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jepri. Jepri
melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya
tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Dewi menaruh kakinya pada bahu Jepri, duduknya jadi tidak tenang.
Tiba-tiba, Jepri menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya
diantara bibirnya. Dewi memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak
tubuhnya. Lidah Jepri bergerak berulang-ulang pada kelentit Dewi yang
terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Dewi sudah dekat.
Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan
mengerjai kelentit Dewi dengan cepat.
"Oh Tuhan..." bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat.
Jari
Jepri bergerak tanpa ampun, pinggul Dewi terangkat karenanya. Dewi
menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai
kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan
hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat,
dinding-dinding vaginanya merapat. Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jepri . Dewi mendesah
hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi
terlepasnya orgasmenya.
Jepri berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Dewi memandang dengan
lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jepri . Sebelah tangan
Dewi masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang
satunya lagi meraih batang penis Jepri. Tangan kecil itu menggenggamnya
saat Jepri maju mendekat.
Dengan cepat Dewi menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah,
berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya.
Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di
lantai atas yang masih terdengar.
Jepri melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Dewi. Jepri mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya,
mengijinkannya untuk masuk. Desahan Dewi segera terdengar saat dia mersa
terisi. Jepri terus mendorong, vagina Dewi terus menghisapnya sampai
akhirnya, Jepri berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Dewi sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jepri membiarkan penisnya
terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang
datang padanya. Tangan Dewi masih menahan celana dalamnya ke samping,
tangan yang satunya meraih kepala Jepri mendekat padanya.
Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan
pelan Jepri menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kembali, keras,
dan Dewi mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat,
kaki Dewi terjuntai terayun dibelakang tubuh Jepri dalam tiap hentakan.
Yadi yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya. Sementara itu Dewi, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis
pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat
keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh,
melepaskan ciumannya.
Jepri mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam
lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana
dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jepri heran karena kain itu
tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau
mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika Yadi masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki
istrinya yang terayun dibelakang pantat Jepri. Celana jeans Jepri
merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan
pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Dewi yang
terbuka lebar. Yadi mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Jepri terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya
mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya
beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam
vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam
sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Dewi. Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga
akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah
berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Jepri mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa
waktu seiring kejantanan Jepri yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian
mereka saling merenggang dan Jepri mengeluarkan penisnya yang setengah
ereksi itu dari vagina Dewi. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya
kembali. Dewi membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya
menjadi semakin basah saat ada sperma Jepri yang menetes keluar dari
vaginanya saat dia berdiri.