Halaman A Halaman A

Pemuas Nafsu Birahi

Di sekolah aku selalu berprestasi dan masuk 5 besar. Sehingga aku selalu masuk kelas pilihan atau unggulan (kelas untuk orang-orang pinter, itu kata guru-guruku waktu itu). Aku terkadang usil, tapi pintar hampir di semua mata pelajaran, terutama sejarah, geografi, biologi dan matematika. Di kelas aku cenderung gaul dengan temen cewek coz mereka mau menerima aku apa adanya, dibandingkan temen cowok. Di sekolahku aku mempunyai temen sekelas yang di panggil Puput.

Aku sekelas dan kenal dengannya sejak kelas 2. Dia orangnya putih, rambut panjang (sering dikuncir), bibir mungil tipis, cantik (menurut pendapatku), senyum manis berlesung pipit, bodi langsing dan lebih tinggi sedikit dariku (coz tinggi aku hanya sekupingnya), ramah, ukuran payudara 34B (itu aku tau waktu melakukan seks dengannya), dan gila sex (ini aku tau setelah ku alami sendiri dengannya).

Suatu hari aku dapat tugas atau PR Matematika yang lumayan rumit dan memiliki waktu deadline yang cepat. Aku sih sudah terbiasa dengan soal-soal itu, tapi lain halnya dengan Puput. Ia nampaknya bingung dan masih belom mengerti dengan PR yang diberikan. Puput pun menyapa aku.

"Hai, Mat..." tegurnya.

"Hai juga Put... ada apa?" tanyaku.

"Begini Mat, PR Matematika nanti kita kerjain bareng ya?".

"Sekalian ajarin gw, karena catatan gw gak lengkap dan gw juga belom ngerti?" pintanya.

"Mmm... gimana ya? Gw sih mau saja, tapi ngerjainnya kapan? Dimana? Dan sama siapa aja?" jawabku.

"Bagaimana kalo dirumah gw aja? Kebetulan rumah gw lagi sepi, BoNyok (Bokap dan Nyokap) pergi keluar kota. Kita kerjainnya abis pulang sekolah nanti. Tenang aja ntar gw jamu dan sediain makanan kecil juga minuman deh. Ntar juga gw ajak anak-anak cewek yang lain" katanya sambil pergi untuk mengajak anak-anak cewek yang lain.

Tapi tampaknya mereka semua sudah ada janji dan gak bisa ikut. Selain itu ada pula yang mau les, dan lain-lain. Tak berapa lama Puput datang kembali menghampiriku.

"Mat, kayaknya cuma kita berdua aja nih yang belajar bareng, anak-anak cewek yang lain pada gak mau." jelasnya.

"Ya udah, gak apa-apa. Tapi ntar sebelum ke rumah kamu, anterin gw ke wartel ya? Gw telp orang tua dulu sekalian minta ijin." pintaku.

"Iya, tenang aja." jawabnya.

Setibanya di rumah Puput, aku langsung dipersilahkan duduk di ruang tamunya.

"Mat, tunggu dan duduk dulu aja disini di sofa ya? Gw mau ganti baju dulu, sekalian ambil minuman. Oh, iya mau minum apa, Mat? Dingin atau panas?" tanyanya.

"Apa aja Put, asal jangan racun.." candaku.

Puput pun tersenyum dengan manisnya, sehingga lesung pipitnya terlihat. Sambil menunggu Puput, aku memandangi sekeliling ruang tamu di rumah itu. Rumah yang dari luar terlihat sederhana, namun luas didalamnya dengan 3 buah kamar. Terdapat pula foto Puput dan orang tuanya. Tak berapa lama muncul Puput tanpa aku sadari dari belakang sambil menegur aku.

"Ehemm.. ehemm.. ngapain Mat? Serius amat lihat fotonya." katanya sambil meletakkan minuman di meja.

Akupun menjawab tapi masih dalam posisi membelakangi Puput.

"Gak ngapa-ngapain, cuma lagi lihat-lihat foto kamu sekeluarga saja" jawabku.

Saat aku memalingkan wajah ke arah Puput. Aku agak tertegun melihat Puput dengan pakaian celana pendek abu-abu muda yang pendeknya 20cm diatas lututnya. Serta mengenakan kaos putih yang agak longgar atau mungkin juga kebesaran untuk dirinya. Aku bisa melihat dari kerah bajunya yang longgar serta terlihat tali BH nya yang berwarna pink dan kerah kaosnya sering ditarik kebelakang karena takut terlihat belahan dadanya. Serta lengan kaos yang digulung sedikit. Aku sempat lama memandanginya, apalagi kulitnya yang putih semakin terlihat jelas dan seksi. Membuat aku merasa ada sesuatu yang bergejolak di dadaku.

"Woi.. Mat.kok diam aja? Ngelamun ya? Ngelamunin apaan?" katanya memecahkan kekagumanku.

"Ah ... gak, gw cuma heran aja ini rumah sepi amat".

(Sambil aku ambil posisi duduk dilantai ruang tamunya yang beralaskan karpet bulu).

"Memangnya cuma kamu dan orang tua kamu aja yang tinggal disini ya?" tanyaku basa basi.

"Gak juga, ada sih satu lagi orang yang tinggal disini yaitu om gw."

"Om gw tinggal disini kalo lagi pas ditugasin kerja beberapa hari aja ke jakarta sama bosnya. Sekarang dia lagi dirumahnya di daerah bandung sana." jelasnya.

"Berarti kamu selalu sendirian dong kalo orang tua kamu kerja?" tanyaku lagi.

"Ya, begitulah." jawabnya singkat.

"Kenapa gak pake pembantu aja, biar gak kesepian?" kataku lagi.

"Orang tua gw gak mau gw jadi anak manja meskipun gw anak satu-satunya, jadi gw dilatih buat jadi mandiri... by the way diminum dulu dong minumannya, pasti sudah haus kan dari tadi? Oh, iya tunggu sebentar ya, gw mau ambil kue dan makanan ringan dulu." pintanya sambil menuju dapur.

Tak berapa lama ia datang. Saat aku hendak minum, Puput menuju meja tamu untuk meletakkan makanan kecil. Puput tersandung pinggiran karpet ruang tamunya. Sehingga ia jatuh menimpa dan mengenai aku yang kebetulan sedang memegang gelas minuman dingin berisi sirup orange. Seluruh baju dan celana seragam sekolahku yang masih kukenakan basah, sedangkan Puput hanya terkena sedikit basah pada tangannya.

"Aduh.. maaf ya Mat, gara-gara gw kesandung, gelas minuman lo tumpah ke seluruh seragam lo." katanya sambil meraih tisu yang ada dimeja dan secara spontan segera mengelap seragamku.

"Oh... gak apa-apa kok. Lagi pula kan kamu gak sengaja." jawabku sambil membantunya mengelap tumpahan sirup di bajuku.

Ada perasaan dag-dig-dug tak menentu yang kurasakan. Apalagi saat tangannya yang putih dan halus mengelap celanaku yang basah. Ingin rasanya berlama-lama tangannya mengusap-usap yang ada dibalik celanaku. Aku juga tak melewatkan kesempatan untuk melihat belahan dadanya yang ditutupi dengan BH nya yang berwarna pink melalui kerah baju atau kaosnya. Karena aku takut ketahuan dan si otong dibalik celana mulai mau bangun, aku berkata padanya.

"Put, udah biar gw lap dan bersihin aja sendiri."

"Lagian hal sepele kayak begini mah wajar aja kali. Toh, kan kamu gak sengaja." kataku memecah keadaan.

(Padahal aku takut ketahuan kalo otong aku mulai bangun karena ia mengusap-usap dan mengelap celanaku yang basah... hehehe).

"Aduh.. Mat.. lo emang baik banget, gak salah gw punya temen kayak lo. Udah baik, pemaaf, pinter lagi." katanya karena merasa bersalah.

"Ah.. kamu Put, jadi bikin gw geer aja." jawabku.

"Oh, iya Mat.. mendingan lo ganti dan buka aja dulu seragam lo. Biar dicuci di mesin cuci dan sembari tunggu kering, lo pake aja dulu kaos dan celana om gw."

(Sambil berjalan menuju dan masuk ke kamar om nya).

"Kebetulan ada yang cocok dan kayaknya pas sama lo."

"Nih handuknya, lo ganti dikamar mandi yang ada di kamar Om gw aja, nih tadi gw cari dan dapat dari lemari Om gw. Kayaknya pakaian ini cocok buat lo." katanya sambil memberikan handuk dan kaos coklat yang ada ditangannya.

Saat aku di kamar mandi aku tutup pintu kamar mandinya. Namun mungkin karena aku kurang atau lupa mengunci pintunya. Pintu jadi terbuka sedikit dan aku baru menyadari kalo Puput sepertinya memandang ke arahku. Tapi Aku sengaja membiarkannya saja. Aku mengguyur badanku dengan air, sambil menyabuni badanku yang sixpack, tidak lupa otongku yang berukuran 14cm ku sabuni. Begitu selesai aku melihat Puput sedang berpura-pura membaca majalah, sambil duduk di pinggir tempat tidur (masih dikamar Omnya loh..).

"Hei.. Put!" kataku pura-pura menegur dan pura-pura gak tau akan yang sudah ia lakukan saat aku mandi tadi.

"Hei... gimana Mat, seger mandinya? Kayaknya udah pas kaos dan celana pendek boxernya sama lo." katanya sambil meletakkan majalah yang dibacanya.

"Ayo Put kita langsung belajar aja" ajakku.

"Tunggu dulu Mat, mendingan kita nonton film dulu aja. Gimana?" pintanya.

"Wah.., boleh juga tuh. Tapi film apaan?" tanyaku lagi.

"Nih film ini (sambil menunjukkan dari balik kaosnya film porno dengan sedikit ragu ia menunjukkan)." ujarnya.

"Astaga.. Puput, dapat dari mana film begituan?" kataku kaget, padahal aku udah sering juga nonton film porno.

"Oh.. ini gw dapat dari lemari Om gw, sewaktu gw cari baju buat lo tadi."

"Gw sebenarnya sudah pernah dan hampir sering nonton film porno bareng Ratna temen kita, kalo lagi pulang sekolah."

(Ratna adah salah satu cewek temen sekelasku juga).

"Gw juga sering baca dan lihat majalah porno punya Om gw." tambahnya lagi.

"Jadi... lo mau ga? Pasti lo belom pernah nonton kan? Apalagi orang pinter kayak lo pasti kerjanya belajar melulu kan? Sekali-kali kan gak apa-apa Mat. Nanti lo juga pengen lagi... hehe" ujarnya sambil merayu.

"Tapi..." jawabku pura-pura mikir padahal dalam hati senang dan gembira, kapan lagi bisa nonton film porno bareng sama cewek secantik Puput.

"Udah gak usah mikir, Mat." timpalnya lagi.

Akupun mengangguk setuju. Kami berdua pun menonton, dengan duduk ditempat tidur. Karena TV dan DVD Playernya terdapat di depan tempat tidur. Saat adegan sepasang pria dan wanita saling bercumbu. Perlahan-lahan tangan kanan Puput mulai memegang dan meremas bantal yang dipeluknya, sedangkan tangan kirinya meremas dadanya sendiri. Sepertinya ia mulai terangsang. Aku pura-pura tak memperhatikan. Perlahan-lahan aku terangsang juga dan mulai berani mengusap-usap paha mulusnya. Sampai akhirnya ia mulai tak tahan, dan melempar bantal yang dipeluknya. Kemudian tangan kanannya menarik kepalaku ke tubuhnya.

Dan dia pun berkata, "ayo Mat ciumin payudara gw, biarin mulut dan lidah lo menari-nari diatasnya." pintanya dalam keadaan sange atau terangsang yang amat sangat.

Aku tak menyia-nyiakan lampu hijau tersebut. Langsung kulepaskan kaosnya, sehingga tampaklah bukit kembarnya yang seksi dan indah yang tertutup BH pink yang ia sendiri secara spontan membuka kancing pengait tali BH nya. Ku cium dari dari leher hingga payudaranya dan ku isap-isap serta jilat puting merah mudanya, "cup... cuip.. shruupp... shrupp”.

Puput hanya bisa memejamkan mata kenikmatan dan menggigit bibir bawahnya. Tak puas hanya disekitar payudara, mulutku ku arahkan ke mulutnya. Ku ciumi bibir tipisnya dengan begitu liarnya. Ku masukkan lidahku ke mulutnya dan ia mengisap-isap memainkan lidahku dimulutnya seperti permen.

Sementara tanganku membuka kancing dan retsleting celana pendeknya. Dan ia pun juga melakukan hal yang sama melucuti pakaianku hingga kami masing-masing dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Puput pun mengangkang sambil duduk dipinggir ranjang. Aku agak sedikit jongkok untuk melakukan oral pada vaginanya yang indah ditumbuhi sedikit bulu halus. Tangannya membenamkan kepalaku kebagian memeknya.

"Ayo Mat.. jilat, cium, puasin gw Mat. Emmhh... aahhggaah.. aaahh.. sssttt.. uaachh" desahnya.

Sekali-kali aku memasukkan jari tengahku ke lubang memeknya untuk mencari klitorisnya. Tak berapa lama, Puput mencapai orgasme pertama. Keluar cairan hangat dan aku meminumnya. Puas melakukan oral padanya. Aku menuntunnya melakukan gaya 69, posisi aku dibawah telentang dan dia diatas melakukan BJ dengan mahirnya. Sedangkan aku memainkan jariku keluar masuk pada lubang memeknya sambil sekali-kali menciuminya. Puput sepertinya sudah tidak tahan, maka ia sgera melakukan WOT (Woman On Top) smbil menghadapku. Tangannya membimbing otongku yang sudah menegang dari tadi. Mulanya sulit,lama-lama secara perlahan masuk juga.

Tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Tak berapa lama Puput mencapai Orgasme lagi, ada sedikit darah yang keluar dari lubang memeknya berarti dia masih perawan, ia merebahkan tubunya diatasku. Sedangkan aku masih belum. Masih dalam keadaan WOT, otong yang masih di dalam memeknya. Aku posisi duduk dipinggir ranjang, sedangkan Puput duduk diatas pangkuanku menghadapku sambil menggoyang. Dan aku dengan leluasa menghisap, meremas, dan menciumi payudaranya. Setelah puas dengan WOT, aku ganti dengan gaya Doggy Style. Puput membelakangiku agak sedikit membungkuk di pinggir ranjang. Tak ragu-ragu lagi ku hujamkan otongku ke lubang memeknya.

"Oh yes, oh no,.. yes, oh no. Terus Mat, entot gw terus jangan ragu. Uuuhh.. yeees ... oohh" kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Setelah puas dengan posisi DS (Doggie Style), aku ganti dengan posisi MOT (Man On Top). Kali ini aku merenggangkan dan membuka kedua pahanya. Agar dapat leluasa otong masuk kedalam lubang mememknya. Ku pacu perlahan-lahan,lama kelamaan sepertinya aku mau orgasme dan Puput pun demikian.

"Put, gw mau keluar nih." kataku.

"Sama.. gw juga Mat. Kita keluarin bareng-bareng ya, Mat?" pintanya.

"Gak apa-apa nih gw keluarin di dalam?" tanyaku.

"Gak apa-apa kok." jawabnya.

Kamipun mengalami orgasme bersamaan. Aku merasa lelah yang tak terkira, tapi puas walaupun keperjakaanku hilang, Puput pun begitu.

"Thanks ya Mat, udah bikin gw puas banget dan gak nyesel lepas keperawanan gw. Kapan-kapan kita lakukan lagi ya?" pintanya.

"Iya gw juga puas banget Put. Tapi gw gak bisa dan gak berani ngelakuin lagi, takut bikin kamu hamil" jawabku.

"Jangan takut Mat, gw sudah minum pil KB nyokap gw. Jadi lo tenang aja deh." katanya lagi.

"Tapi Put..." kataku.

"Ah.. gak usah pake kata-kata tapi deh Mat. Pokoknya kalo gw lagi sange atau horni, lo harus mau entot gw ya dan layanin gw? Kalo lo gak mau, ntar gw bilang ke orang-orang, kalo lo udah perkosa gw. Oh iya, satu lagi Mat. ini rahasia kita berdua aja ya! Jangan bilang siapa-siapa" pesannya.

Mendengar hal itu, aku agak kaget dan sedikit menyesal sudah termakan jebakannya, untuk menjadi pemuas nafsu birahinya. Tapi sedikit senang juga terbersit dipikiranku, aku jadi ada jaminan tempat pelampiasan nafsu seks jika sewaktu-waktu muncul. Setelah selesai kami ke kamar mandi bersama-sama sambil melakukannya lagi walau hanya sebentar. Setelah itu kami melanjutkan mengerjakan PR matematika yang tertunda tadi.

Aku menjadi pemuas nafsu birahinya Puput sampai SMA, sebab kami masuk SMA yang sama. Kami melakukan selalu di rumahnya, karena selalu sepi. Sampai-sampai aku dikira pacarnya oleh teman-temanku maupun orang tuanya. Ia hanya bilang kalo aku sahabat karibnya dan tempat curhat, bila ada yang mempertanyakan tentang hubungan kami berdua. Aku berhenti jadi pemuas nafsu birahinya sampai lulus SMA, sebab dia dilamar oleh pria pilihan orang tuanya.

Saat pernikahannya aku tak bisa datang karena aku berada di kampung. Setelah menikah, ia diboyong suaminya keluar kota karena suaminya dinas diluar. Ada perasaan lega dalam hatiku saat aku tak lagi dapat ancaman darinya. Tapi hatiku juga terkadang rindu untuk melakukan hubungan seks dengannya.

Iklan Atas Artikel

Ikuti

Ikuti

Iklan Bawah Artikel